Friday, 7 June 2013

Merasa 'Terjebak' dengan Tubuh Gemuk, Wanita Ini Pangkas Bobot 21 Kg

                 
BEFORE
AFTER



Karen Stupples (40) sejak kecil mengikuti kelas balet. Namun, saat itu ia tidak bisa menjadi balerina karena memiliki paha yang cukup besar. Bobotnya terus bertambah hingga akhirnya 5 tahun pasca melahirkan, bobotnya mencapai 83 kg. Merasa 'terjebak', ia pun bertekad untuk menurunkan bobotnya.

Wanita yang berasal dari Orlando, Amerika Serikat, ini berhenti menari balet dan mulai melakukan olahraga golf profesional di usianya yang ke 25 tahun. Nyatanya, menjadi seorang atlet dengan The Ladies Professional Golf Association tidak memberi Karen kesempatan untuk cukup berolahraga dan menjaga kestabilan bobotnya.

Bahkan kegiatan golf lebih sering bepergian dan turnamen ke berbagai tempat. Ini membuat Karen justru semakin sering mengonsumsi makanan berkalori tinggi dan cepat saji. Puncaknya, ketika Karen berusia 33 tahun dan memiliki anak, ia menjadi lebih sibuk dan bobotnya semakin meningkat.

Sekitar 5 tahun setelah melahirkan, Karen mencapai bobot 83 kg. Bobot ini masih sama seperti saat Karen sedang hamil 9 bulan. Ia pun merasa tidak menjadi dirinya sendiri dan tidak terlihat seperti dirinya yang dulu. Karen merasa terjebak dalam tubuh gemuk seperti ini. Sejak saat itu, Karen bertekad ingin menurunkan bobotnya.

Karen memulai usaha penurunan bobotnya dengan aktif berlatih di gym dan berlatih golf 4 kali dalam seminggu. Meskipun sudah melakukan berbagai latihan, ia merasa perlu memperbaiki pola makannya. Karen merasa terlalu sulit untuk menghitung kalori, ia pun merencakan sesuatu yang lebih sederhana. Ia menghilangkan karbohidrat seperti roti dan pasta. Selain itu, ia juga mengurangi permen dan pemanis buatan.

Hari pertama sangat sulit dirasakan Karen untuk tidak mengonsumsi makanan yang sangat ia sukai, seperti kalkun dan donat. Namun dengan tekad yang kuat, ia berhasil menahannya. Keesokan harinya, saat menimbang ia menemukan bobotnya mulai berkurang 1 kg. Karen meneruskan usahanya dan ia pun kehilangan 9 kg dalam 5 minggu pertama.

Penurunan ini semakin memotivasinya dan Karen merasa setiap hari merupakan pilihan apakah ia ingin tetap berusaha atau tidak. Untuk mewujudkannya, maka Karen pun menimbang bobotnya setiap hari. Ini dilakukan agar ia tahu bagaimana perkembangan proses penurunan bobotnya.

Waktu demi waktu berlalu, hingga musim turnamen dimulai lagi. Karen merasa gugup karena ini merupakan kali pertama ia melakukan diet sehat dalam sebuah perjalanan. Untuk menjaga energinya tetap prima selama turnamen tanpa banyak makan, Karen mengonsumsi beras merah. Hasilnya, saat Karen selesai turnamen, bobotnya kembali turun.

Selama proses ini, Karen selalu menuliskan perkembangannya di jejaring sosial Twitter. Menurutnya, melibatkan orang-orang di Twitter dapat membantu menurunkan berat badan. Para peneliti di University of South Carolina menemukan bahwa peserta menuliskan laporan harian penurunan berat badan mereka di Twitter secara teratur memberi pengaruh. Bahkan, tiap 10 tweet berhubungan dengan penurunan hingga 0,5 persen bobot tubuh.

No comments:

Post a Comment