Wednesday, 26 June 2013

Menaikkan BBM, SBY Presiden Terbaik Indonesia


Tahun 1965 kondisi ekonomi Indonesia memburuk. APBN morat-marit. Kesejahteraan masyarakat memprihatinkan.
 Laju inflasi waktu itu mencapai 650%. Artinya jika situasi itu terjadi sekarang, tiba-tiba harga beras yang Rp.8.000/ Kg menjadi Rp.52.000/Kg.

Untuk mengatasi krisis, pada bulan Desember 1965 Soekarno mengumumkan kebijakan devaluasi nilai rupiah, yaitu Rp.1.000 uang lama menjadi Rp.1 uang baru. Devaluasi zaman Soekarno tidaklah sama maksudnya dengan wacana redenominasi yang diwacanakan sekarang. Devaluasi bukan saja nominal uang yang terpotong, tapi nilainya juga. Artinya kalau seseorang memiliki tabungan di bank 1 juta rupiah dan cukup untuk membeli seekor kambing. Maka setelah devaluasi uang itu tinggal 1000 rupiah. Dan uang yang 1000 rupiah ini, untuk membeli ayam saja tidak cukup.

Kekacauan menjadi-jadi. Rakyat mengamuk. Bank-bank tutup. Orang kaya tiba-tiba menjadi miskin, golongan menengah menjadi lebih miskin lagi, yang memang sudah miskin menjadi teramat miskin. Di mana-mana orang depresi dan bunuh diri. Jangankan yang miskin, konglomeratpun bunuh diri. Bos Bank NISP yang sekarang, Karmaka Surjaudaja. Sebagai salah satu saksi hidup peristiwa ini sekaligus sebagai pelaku. Depresi kemudian mencoba bunuh diri karena kebijakan devaluasi Soekarno. Minum racun tapi nyawanya masih bisa selamat.

Tidak cukup sampai di sana. Pada bulan Januari 1966 Soekarno mengumumkan kenaikan harga BBM. Sebelumnya, Soekarno sudah 11 kali menaikkan harga BBM. Semua bertujuan untuk menyehatkan fiskal, menyelamatkan APBN. Pemuda, pelajar, mahasiswa menggelar aksi besar-besaran. Mereka serentak mengempeskan ban-ban mobil di jalan-jalan seluruh Jakarta. Lalu lintas macet total. Mereka menyerbu Istana Presiden, kantor-kantor kementerian dan lainnya.

Orde lama pimpinan Soekarno tamat. Berganti Ode Baru pimpinan Soeharto. APBN tetap sakit-sakitan. Untuk menyehatkannya Soeharto sedikitnya sampai 18 kali menaikkan harga BBM. Tidak cukup hanya menaikkan BBM. SDA Indonesia di lelang semurah-murahnya. Tambang emas, batu bara, minyak, dll. Sampai-sampai Soeharto rela hanya mendapat bagian royalti 1% dari tambang emas  Freeport. Asal investor mau mengerjakannya.

Naikkan BBM, lelang SDA tidak cukup. Soeharto melangkah lebih jauh lagi. Menumpuk hutang ribuan triliun. Soeharto membuat Indonesia menjadi nasabah empuk bagi IMF, ADB,  Bank Dunia, dll. Saat itu hutang Indonesia menumpuk sampai 65% dari Pendapatan Domestik Brutu (PDB). Bandingkan dengan sekarang. Hutang Indonesia hanya tinggal 24% dari PDB. Pernah di saat masa-masa akhir Orde Baru, Indonesia mencari hutang luar negeri yang begitu besar. Tapi hutang tersebut hanya cukup untuk membayar hutang luar negeri berikut bunganya.

Selanjutnya era Megawati (Pemerintahan BJ Habibie dan Gusdur kita lewatkan saja karena terlalu singkat). APBN tetap sakit-sakitan. Megawati sampai dua kali menaikkan BBM untuk menyehatkannya. Tidak cukup juga hanya dengan menaikkan BBM. Megawati melelang apa yang bisa dilelang. Kekayaan alam seperti ladang gas Tangguh, dilelang ke China hanya denga harga USD 3/mmbtu yang seharusnya USD 16/mmbtu (kerugian negra ditaksir 30 triliun/tahun). Aset-aset negara dilelang. Indosat dan kapal tanker, BCA, Bank Danamon, BII, dll menjadi korban.

Sekarang kita hidup pada zaman SBY. Masih sama juga, APBN sakit-sakitan. Kemampuan fiskal pemerintah kembang kempis. Sampai 4 kali SBY menaikkan harga BBM untuk menyelamatkan APBN.

Ternyata masalah kenaikan BBM hanya masalah klasik yang berulang terus menerus sepanjang sejarah Indonesia. Bukan hal yang istimewa. Hanya saja dari fakta-fakta di atas. Nampak cara SBY jauh lebih baik dalam mengatasinya. Kenaikan BBM tidak perlu ditambah dengan cara ‘merampas’ uang rakyat seperti kebijakan devaluasi ala Soekarno. Tidak perlu menggadai kekayaan alam dan menambah hutang besar-besaran ala Soeharto. Tidak perlu menggadai kekayaan alam dan melelang aset ala Megawati. Dalam hal ini ternyata SBY-lah yang terbaik. Atau kalau keberatan mengatakan yang terbaik, taruhlah SBY bukan yang terburuk diantara presiden-presiden yang buruk itu.

SBY juga sudah berhasil membuat perekonomian Indonesia lebih kuat. Lebih kuat dari zaman Soeharto apalagi zaman Soekarno. Ekonomi yang dibangun Soekarno jelas-jelas gagal. Ekonomi yang dibangun Soeharto ternyata rapuh. Podasinya tidak kuat, bertumpu pada hutang luar negeri dan segelintir konglomerat. Hanya karena krisis ekonomi Asia 1997, ekonomi yang dibangun Soeharto ambruk.

Sedangkan ekonomi yang dibangun SBY sangat kuat dan spektakuler. Dihantam krisis dunia 2008 yang jauh lebih dahsyat dari krisis Asia 1997, masih bisa bertahan. Bukan saja bertahan tapi tetap tumbuh positif (hanya 3 negara di dunia ini yang berhasil menahan laju pertumbuhan ekonominya setelah krisis 2008, yaitu China, India dan Indonesia). Bahkan SBY berhasil membawa Indonesia menjadi negara anggota G-20. 20 negara yang menguasai 90% perekonomian dunia. Singapura dan Malaysia, jangankan masuk G-20, bermimpi saja mereka tidak berani.

Suasembada pangan Soeharto juga semu. Sistem pertanian, perkebunan, dan perikanan yang dibangun Soeharto lemah. Jauh dari standar industri. Maka Indonesia tidak pernah memiliki sawah modern. Meski makanan pokok rakyat indonesia adalah nasi. Maka Indonesia tidak pernah memiliki perkebunan buah-buahan bersekala modern. Meski Indonesia merupakan negara tropis. Maka Indonesia tidak pernah memiliki tambak garam canggih sekalipun, meski Indonesia memiliki garis pantai yang luar biasa panjang.

Yang ada hanya perkebunan-perkebunan modern peninggalan Belanda. Perkebunan yang dibuat atas kepentingan Belanda. Perkebunan teh, karet, kopi, coklat dan sejenisnya. Di penghujung zaman SBY inilah kebutuhan rakyat Indonesia yang sebenarnya mulai diperhatikan. Sawah modern dicetak di Kalimantan. Kebun buah-buahan modern digalakkan. Peternakan sapi besar-besaran dengan metode modern mulai dirintis. Tambak garam dipermodern dengan gerakan membranasi, dan lain-lain.

Apakah SBY presiden yang sudah ideal? Tidak. Masih banyak kekurangan. Terlalu banyak sesuatu yang seharusnya dikerjakan tapi tidak dikerjakan. Pemerataan ekonomi masih menjadi masalah. Tapi saya hanya mengajak kita relistis, tidak tutup mata atas keberhasilan SBY. Tidak menghujat dan menghina SBY secara berlebihan. Seolah-olah SBY setan yang entah datangnya darimana. Apalagi disaat bersamaan kita menyanjung presiden-presiden masa lalu yang seolah-olah jauh lebih berprestasi. Sedangkan SBY tidak ada prestasi apa-apanya.

Setiap generasi hidup pada masanya sendiri. Soekarno misalnya. Terlihat hebat karena hidup pada zaman perang kemerdekaan. Belum tentu akan hebat jika dia memimpin pada masa sekarang. Bayangkan, seandainya Soekarno menjadi presiden sekarang. Mungkin Indonesia sudah dibawa bangkrut, terkucil, dan terbelakang  seperti Korea Utara dan Venezuela.

Atau sebaliknya. Seandainya SBY hidup pada masa perjuangan kemerdekaan. Mungkin Indonesia membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk merdeka. Dengan sikapnya yang peragu, lamban, penuh pertimbangan, dan sopan santun tingkat tinggi. Akan menjadi kelemahan yang sangat fatal bagi Indonesia saat itu.

Begitu juga Soeharto. Jika dia menjadi presiden pada masa informasi dan teknologi seperti sekarang ini. Mungkin nasibnya akan sama dengan Presiden Tunisia, Mesir, Libya dan diktator-diktator lainnya. Atau paling tidak dia akan membuat Indonesia perang saudara seperti Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Soekarno mungkin pemimpin terbaik pada zamannya. Begitu juga Soeharto. Silahkan pemimpin yang sekarang dikritisi tapi jangan dihina berlebihan. Seperti kelakuan sekumpulan “generasi sakit” yaitu para komentator detik.com, Kaskus dan sejenisnya, yang hanya bisa mencemooh, menghina dan menghujat.

Biarlah orang tua menyanjung-nyanjung masa lalu. Mereka sudah tua, ingatan mereka lemah, wajar melupakan penderitaan. Kita generasi muda, hidup pada zaman online. Tidak boleh hanya sekedar mengandalkan ingatan. Ingatan kadang menipu, ingatan kadang menjebak kita pada romantisme masa lalu. Tugas kita mencari pemimpin masa depan, tidak baik hidup hanya diisi dongeng-dongeng kemakmuran masa lalu. Yang sebenarnya hanya perasaan. Yang sebenarnya memang hanya dongeng.


Sumber: 

Sunday, 16 June 2013

Acer Bakal Bikin Saingan Google Glass dan iWatch




Semenjak Google merilis kacamata pintar, perusahaan teknologi lain dan ilmuwan dari berbagai negara berlomba membuat gadget yang disebut wearable tech atau gadget yang dipakai di tubuh. Selain kacamata pintar, muncul juga jam tangan pintar, kontak lens pintar dan lain-lain. 

Kini, kabarnya Acer tertarik ikut ambil bagian di ranah wearable tech. Tahun depan, seperti dikatakan President Acer ST Liew, Acer berencana membuat saingan gadget-gadget tersebut. 

"Kami berminat terhadap wearable tech. Saya rasa setiap perusahaan consumer harus memikirkan soal ini. Wearable tech bukan hal baru, hanya saja teknologi dan penggunaannya melebihi apa yang umum di publik saat ini," kata Liew.

Dia menyebutkan, wearable tech bukan masalah 'bagaimana', melainkan 'apa' yang bisa dibuat sebuah perusahaan teknologi untuk memenuhi yang diinginkan konsumen, termasuk dalam hal fungsi, daya tahan baterai dan spesifikasi lain. 

Dengan membuat wearable tech, Acer akan berupaya menyaingi Google Glass atau iWatch. Namun Acer belum bersedia menyebutkan, gadget wearable tech apa yang akan dibuatnya nanti.

Sukses Berkarir Bikin Perempuan Lebih Rentan Kanker Payudara




Bekerja keras untuk mengejar sukses dalam berkarir sudah menjadi gaya hidup kebanyakan perempuan urban masa kini. Kecenderungan ini bukan tanpa risiko, sebab penelitian menunjukkan perempuan yang sukses lebih rentan kanker payudara.

Penelitian yang dilakukan selama 55 tahun membuktikan adanya hubungan antara stres dalam bekerja dengan risiko kanker, khususnya kanker payudara. Makin tinggi jabatan seorang perempuan, makin besar pula risiko kanker yang mungkin akan dihadapi.

Dalam penelitian itu, perempuan usia 30-an tahun yang menempati posisi manajerial di tahun 1970 memiliki tingkat stres yang sama seperti para perempuan karir di masa kini. Dalam posisi yang tentunya dihadapkan pada banyak tuntutan profesional, risiko kanker payudara naik hingga 70 persen.

"Perempuan yang menempati posisi manajerial di tahun 1970-an mengalami prasangka dan diskriminasi karena budaya saat itu menganggap laki-laki sebagai lebih bisa memimpin," kata Dr Tetyana Pudrovska yang memimpin penelitian tersebut.

Di lingkungan kerja yang bias gender, perempuan dengan jabatan tinggi mengalami stres yang lebih tinggi. Diskriminasi dan perlawanan dari anak buah maupun kolega sering muncul karena perempuan sering dianggap tidak lebih layak memimpin dibanding laki-laki.

"Kami meyakini bahwa perempuan masih menghadapi stres semacam ini, dan karenanya peningkatan risiko (kanker) masih teramati hingga sekarang," kata Dr Pudrovska yang dalam penelitian ini melibatkan hampir 4.000 orang, yang pada 1975 seluruhnya berusia 36 tahun.

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker paling mematikan pada perempuan selain kanker serviks. Penyebabnya multifaktor, mulai dari stres, genetik hingga kebiasaan merokok yang secara tidak langsung bisa memicu mutasi pada DNA (Deoxyribo Nucleic Acid).

Perlukah Sesekali Memberikan Susu Formula pada Bayi?




Meskipun Air Susu Ibu (ASI) diketahui memiliki banyak nutrisi dan manfaat penting bagi kesehatan bayi, ibu menyusui saat ini masih sering termakan iklan susu formula. Sehingga banyak yang memilih tetap memberikan ASI, namun sesekali memberi susu formula. Perlukah sesekali memberikan susu formula pada bayi?

"ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, mulai sejak lahir hingga mencapai usia 2 tahun," ujar dr Candra Wijaya, selaku Health Team Coordinator World Vision Indonesia, dalam acara media gathering 'Pemahaman Tenaga Kesehatan Mengenai Kebijakan Menyusui di Indonesia', yang diadakan di Cheesecake Factory Cikini.

Menurut dr Candra, saat ini masih banyak ibu yang sebenarnya memahami apa pentingnya pemberian ASI secara eksklusif dan memiliki kemampuan untuk melakukannya, namun masih ingin memberikan tambahan susu formula. Salah satu faktor penyebabnya adalah maraknya iklan yang ada di media, baik media cetak maupun media elektronik.

"Iklan yang ada selalu menampilkan bagaimana sejahteranya anak yang diberikan susu formula, di iklan tampak lebih sehat.Padahal nyatanya pengaruh susu formula tidak sehebat ASI," lanjutnya.

Iklan susu formula juga seringkali menampilkan bagaimana ilmuwan-ilmuwan baik dari dalam negeri maupun luar negeri menemukan berbagai macam formula baru. Formula ini dikatakan memiliki manfaat yang sangat baik bagi anak. Padahal menurut dr Candra, selama ini produsen susu formula selalu melakukan berbagai cara untuk bisa menyamakan kandungan susu formula agar menyerupai ASI. 

"Seluruh kandungan yang dinyatakan sebagai penemuan baru' tersebut nyatanya sudah ada terlebih dahulu di dalam ASI. Para ibu sebaiknya memperhatikan hal ini," ucap dr Candra.

Selain itu, banyak juga saat ini ibu yang memilih untuk memberikan ASI dan susu formula secara bergantian atau mixed feeding. Padahal pemberian secara bergantian ini justru memberi dampak yang kurang baik terhadap kesehatan bayi. 

"Saya menganjurkan pada para ibu menyusui untuk lebih memilih memberikan ASI secara eksklusif saja selama 6 bulan awal. Kemudian setelah itu berikan makanan pendamping ASI dan tetap berikan ASI jika memungkinkan. Tidak perlu diberikan susu formula," tegas dr Candra.

Kebiasaan Sepele Ini Bisa Bikin Cepat Tua Lho





Walaupun produk anti penuaan sekarang sudah banyak beredar di pasaran, akan lebih baik jika Anda dapat mencegah penuaan dari diri sendiri. Apalagi penuaan tak hanya disebabkan bertambahnya usia lho.


Penuaan dini dapat terjadi jika Anda tidak menjaga kesehatan dengan baik. Dikutip dari Healthy Living:

1. Begadang

Bagi orang muda, begadang lantaran beraktivitas dengan teman-teman ataupun melakukan berbagai kegiatan malam mungkin menyenangkan. Tetapi kebiasaan ini bisa membuat seseorang tampak lebih tua. Kurang tidur dapat menyebabkan timbulnya kantung mata dan mata murung.

"Selain itu dapat juga menyebabkan mata lelah dan pucat," ujar dr Allen Towfigh, seorang ahli saraf dan penyakit tidur yang bekerja sama dengan Weill Cornell Medical Center/New York Presbyterian Hospital.

2. Dendam

Menyimpan dendam juga menjadi salah satu penyebab penuaan. Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Behavioral Medicine from 2005 menunjukkan bahwa kurangnya pengampunan dapat meningkatkan aktivitas saraf.

"Mendendam dapat meningkatkan stres, di mana hal ini akan meningkatkan sejumlah hormon kortisol," kata dr Jennifer Landa, kepala medis BodyLogicMD, sebuah perusahaan anti penuaan. 

Kortisol sendiri berkontribusi terhadap kenaikan berat badan, peningkatan tekanan darah, gula darah dan diabetes.

3. Berolah Raga Hanya Ketika Ingin Kurus

Jika tujuan Anda berolah raga hanya untuk membuang bobot tubuh, itu tidak akan efektif. Banyak penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur dapat membantu mencegah penyakit yang berhubungan dengan usia dan memperpanjang rentang hidup.

Dengan berlatih setiap hari akan membantu menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan hormon yang menguntungkan seperti tertosteron. Lakukanlah olahraga selama 30 menit setiap hari sangat direkomendasikan.

4. Makanan Manis

Gula ternyata juga berperan dalam hal penuaan. "Makan makanan yang tinggi gula tidak hanya akan membuat Anda semakin gemuk, tapi juga meningkatkan risiko diabetes dan menyebabkan masalah kulit seperti jerawat dan keriput," jelas dr Jennifer.

Ketika Anda mengonsumsi gula, proses glycation akan terjadi, dimana gula masuk ke dalam aliran darah dan menempel pada protein dan akhirnya membentuk molekul baru yang dapat menyebabkan penuaan. Jadi, sebaiknya pertimbangkan lagi untuk mengonsumsi terlalu banyak makanan-makanan manis.

5. Menggosok Mata

Akibat lelah menatap komputer atau membaca terlalu lama seringkali Anda mulai mengucek-ngucek atau menggosok mata. Menurut dr Dennis Gross, seorang ahli kulit, sebisa mungkin kegiatan ini harus dihindari.

"Menggosok mata dapat memecah kolagen dan elastisitas di seluruh wilayah mata, yang akan menghasilkan keriput dan juga rusaknya kapiler," ujar Dennis. 

Menurut dr Dennis kulit di daerah ini sangat sensitif dan rentan terhadap kerusakan akibat sinar matahari dan kerutan. "Sebaiknya, cobalah untuk menyeduh dua kantong teh hijau dinginkan, kemudian tempelkan pada mata Anda selama 10 menit," saran dr Dennis. 

Selain itu, Anda juga dapat menggunakan krim yang mengandung vitamin K dan D.

6. Tidur dengan Wajah Menghadap Bantal

Siapa sangka hal kecil ini dapat menyebabkan keriput pada wajah? Tidur dengan wajah menghadap bantal secara terus menerus akan membuat Anda terlihat lebih tua.

"Terus menerus menekan wajah ke bantal menyebabkan trauma pada kulit," kata dr Dennis. 

Lalu, seiring waktu trauma ini akan diperparah karena gesekan sarung bantal dan membuat lipatan permanen serta merusak kolagen. Tidur telentang lebih dianjurkan untuk meminimalkan gesekan.

7. Jarang Minum

Kurang cairan jelas memengaruhi kelembaban kulit. Air sendiri sangat penting untuk menjaga kelembaban kulit dan membantu memberikan nutrisi penting pada kulit.

"Air dapat membantu peremajaan kulit dengan cepat. Sebaliknya, dehidrasi akan menyebabkan kulit menjadi kering, kusam, berflek, dan tentu membuat Anda tampak lebih tua," ujar Goodson, seorang nutrisionis.

Studi: Hamil di Usia 40 Tahun Rentan Alami Komplikasi Saat Persalinan





Kehamilan memang menjadi sebuah momen yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh para perempuan. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa usia ibu saat hamil berhubungan dengan risiko komplikasi saat persalinan.


Menurut sebuah studi terbaru dari Irlandia, perempuan yang hamil saat masih berusia remaja umumnya lebih berisiko untuk melahirkan bayi prematur. Sementara perempuan yang hamil di usia yang tua lebih mungkin untuk mengalami komplikasi.

"Hasil ini telah dikonfirmasi dan dibandingkan dengan apa yang sudah kita ketahui dari studi sebelumnya," ujar Dr Deirdre Murphy, penulis senior studi sekaligus peneliti dari Trinity College, Dublin.

Dr Murphy dan rekan-rekannya meneliti data dari 36.916 ibu yang baru kali pertama melahirkan di salah satu rumah sakit Irlandia antara tahun 2000 dan 2011. Para peneliti kemudian membandingkan proses melahirkan antara ibu yang masih muda dan yang lebih tua. 

Dalam studi ini sekitar 3 persen kelompok termuda atau calon ibu yang menjadi responden masih berusia 17 tahun dan lebih muda; kelompok menengah sebanyak 78 persen merupakan ibu berusia di antara 20 dan 34 tahun; dan kelompok tertua berusia 40 tahun atau di atasnya. 

Hasilnya, secara keseluruhan sekitar 6 persen dari kelompok menengah melahirkan sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu. Sementara kelahiran prematur pada kelompok termuda terjadi sebanyak 10 persen. Pasalnya, kehamilan dianggap normal jika berlangsung selama 37-42 minggu. 

Untuk operasi caesar, para peneliti menemukan bahwa kelompok termuda paling sedikit melakukan operasi caesar, yaitu hanya 11 persen. Sementara sekitar 54 persen operasi caesar dilakukan oleh kelompok tertua. Dan 24 persennya dilakukan oleh kelompok menengah. 

Selain itu, bayi yang lahir dari kelompok tertua lebih cenderung untuk memiliki cacat lahir dan harus dirawat di unit perawatan intensif neonatal. Dr Murphy yang menerbitkan temuannya dalam BJOG: An International Journal of Obstetrics and Gynecology, mengatakan mungkin ada sesuatu yang bisa dipelajari mengapa remaja lebih sedikit yang melakukan operasi caesar dibandingkan kelompok usia lainnya.

Nyatanya, prosedur operasi caesar diketahui dapat meningkatkan kemungkinan cedera usus atau kandung kemih bagi perempuan dan menempatkan bayi pada risiko masalah pernapasan.

"Jika kelahiran pertama dilakukan melalui persalinan normal, maka kelahiran kedua dan seterusnya bisa lebih aman untuk memilih," ujar Dr Murphy. 

Dr Loralei Thornburg, seorang ahli kandungan di University of Rochester Medical Center, New York, mengatakan kemungkinan untuk diterapkan beberapa teknik antar kelompok usia, namun nyatanya tidak semua perempuan memiliki kondisi yang sama. 

"Jika Anda memiliki bayi pertama di usia 40 tahun, Anda akan menjadi kurang toleran terhadap komplikasi dan masalah apapun. Tak hanya itu, kondisi fisik Anda juga lebih rentan untuk melakukan operasi caesar," ungkap Dr Thornburg.

Dr Thornburg melanjutkan dalam hal ini perempuan yang berusia lebih tua juga lebih berisiko untuk mengalami kelebihan berat badan dan hal-hal lain yang meningkatkan risiko komplikasi selama persalinan.

Tak Pede Karena Bau Badan? Singkirkan dengan 7 Cara Berikut




Setiap hari tentu kita melakukan berbagai aktivitas yang memicu keringat. Seringkali keringat yang muncul memicu bau badan sehingga kepercayaan diri akan menurun. Nah, coba lakukan cara berikut untuk mengembalikan kepercayaan diri Anda.


Keringat berlebihan yang juga dikenal sebagai hiperhidrosis bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, emosional yang tinggi, konsumsi makanan pedas, olahraga, atau stres. Berikut 7 cara yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi masalah bau badan, 

1. Berteman dengan air 
Air tidak hanya mampu membersihkan tubuh, tetapi juga dapat mencegah munculnya bau ketiak. Oleh karena itu, sebaiknya jangan pernah lewatkan mandi setidaknya 2 kali sehari. Kebiasaan ini mutlak dilakukan karena akan membantu memerangi keringat berlebihan dan menyingkirkan bau tak sedap.



2. Gunakan pakaian yang tepat
Mengenakan pakaian berbahan katun membantu kulit bernapas dan mengatasi keringat berlebihan. Hindari bahan yang mungkin membuat iritasi dan memicu keringat berlebihan seperti satin, apalagi jika akan beraktivitas di luar ruangan sepanjang hari.



3. Manfaatkan jeruk nipis dan lemon
Jeruk nipis mampu membantu mengurangi berkeringat, mencegah bau badan, dan memutihkan ketiak. Gosokkan sekitar satu setengah bagian jeruk nipis yang tidak terlalu matang pada ketiak. Pada awalnya, Anda mungkin akan merasa iritasi ringan. Namun, jika Anda sedang menderita ruam di bagian tersebut, sebaiknya hindari penggunaan jeruk nipis ini.



4. Semprotkan wewangian 
Anti-perspirant dan deodoran dapat menjaga aroma tubuh tetap segar, meskipun mungkin tidak berlaku untuk semua orang. Anti-perspirant biasanya bekerja dengan cara menyumbat pori-pori, yang mencegah keringat mencapai permukaan kulit. Meskipun keduanya membantu menyingkirkan keringat, namun batasi juga penggunaannya. Bahan kimia di dalamnya dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi dan perubahan warna kulit.



5. Turunkan berat badan
Mulai saat ini, aturlah pola makan sehat dan turunkan berat badan. Sebab, kelebihan berat badan juga dapat memicu munculnya keringat berlebihan. Jika berat badan Anda sudah seimbang, masukkan lebih banyak serat dan hindari penggunaan rempah-rempah yang terlalu banyak dalam menu makan sehari-hari. Ini akan membantu menyingkirkan racun dari dalam tubuh.



6. Gunakan cuka sebelum tidur
Mungkin terdengar cukup aneh, tapi cobalah untuk menerapkan cuka pada ketiak sebelum tidur di malam hari dan biarkan kering secara alami. Jangan lupa untuk mencuci ketiak hingga bersih keesokan paginya. Menerapkan cuka pada ketiak Anda dapat membantu memecahkan masalah keringat berlebih secara bertahap.



7. Konsultasikan ke dokter
Jika dirasakan masalah keringat dan bau badan yang Anda alami sudah sangat parah dan cara-cara di atas tidak bisa mengatasinya, segera konsultasikan ke dokter. Umumnya, dokter akan memberikan tes untuk membantu Anda menemukan penyebab munculnya keringat yang berlebihan dan akan dibantu untuk menemukan solusi medisnya yang paling tepat.